Rabu, 18 Januari 2012

Selamat Tinggal

Entah sudah berapa kali aku kecewa dengan keputusannya dan entah sudah berapa kali aku terpaksa diam dan setuju, kami bertengkar sekali lagi. Tidak pernah ada penyelesaian sama sekali tentang bagaimana hubungan kami akan dibawa. Sesekali terasa begitu indah, sisanya hanya ada rasa sakit yang mendera.

 berulang kali aku bertanya dalam hati; yang kamu butuhkan itu teman hidup atau hanya sekedar baby sitter untuk ketiga anakmu? Sementara kau asik ber-SMS ria dengan entah siapa dia di sana?

Berulang kali kubohongi diri sendiri dengan berbahagia bersamamu, tapi setiap saat dia menyembunyikanku dari realita dan pria itu kembali muncul dalam kehidupannya, aku kembali terhempas.

 katamu kamu mencintaiku, katamu ingin bersamaku, katamu kau membutuhkanku… Tapi, hanya hati ketiga anakmu yang kudapat sepenuhnya, dan kembali dirimu melayang entah ke mana. Inginnya aku mempertahankan dirimu, tapi cinta yang kumiliki padamu tidak begitu kuat melekat di hati. Perlahan tapi pasti, namamu menghilang dari dalam jantung hatiku dan tersisa kekosongan di sana. Tidak lagi ada rasa, tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi dirimu di sana.

Sudah hilang… musnah.

Hatiku hancur menjadi kepingan, tidak ada rasa sakit, tidak ada beban… hanya kosong yang kurasa. Terakhir kali aku menemuimu, dengan wajah cantikmu yang biasa kamu masih memperlakukan aku seperti biasanya; kekasihmu saat kau memerlukan cinta saja, ketika pria itu kembali menyakitimu.

Aku terdiam, kutatap wajah cantikmu..

Jantungku tidak lagi berdetak abnormal, nafasku tidak lagi tercekat. Aku hanya menatapmu hampa. Dan kamu memandangku kecewa, aku memberimu senyuman yang selalu kau suka.

Aku meninggalkanmu dan kali ini aku memastikan tidak akan kembali menoleh padamu. Tidak ada penyesalan, tidak ada kesedihan. Semua berakhir begitu saja. Aku merasa kamu masih menatapku lekat dan aku masih mendengar suara anak bungsumu memanggil namaku.

Tapi aku tidak mau menoleh dan tidak mau berbalik, kamu sudah menentukan pilihan untuk bersama pria itu. Kau kenakan cincin miliknya, kau diam dalam siksanya, kau terbuai dalam cintanya. Dia laki-laki, aku perempuan… Kamu sudah memilih. Dan aku hanya tinggal pergi.

Kutuliskan memo di dalam hatiku;
Aku pernah mencintaimu
Aku pernah menjadi bagian dari hidupmu
Aku pernah mengingatmu lekat-lekat
Aku menjadikanmu alasan untuk perpisahanku dengan mantan kekasihku
Aku pernah memasang dirimu di hatiku
Aku pernah bermimpi tentangmu
Aku pernah bangga bisa bersamamu
Tapi kamu sudah memilih, dan aku tidak menyesal
Rasaku sudah hilang
Cintaku sudang lenyap

Kau sudah hancurkan dirimu di jantung hatiku
Selamat tinggal kekasih menawanku…
Jangan lagi cari diriku, jangan lagi kejar aku

Rasaku sudah mati…

Bumi masih berputar, burung masih berkicau, abang tukang roti masih berjualan, HP-ku masih terus berdering, rumahku masih sama… Tapi rasaku sudah tidak lagi sama. Waktu masih terus berjalan, hanya saja cintaku untukmu sudah terhenti....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar